jf_pratama Publish time 11-6-2007 05:21 PM

Reply #160 Ibrahim8876's post

Apakah lagu di VC tesebut diambil dari album terbaru KD ....?

jf_pratama Publish time 11-6-2007 05:30 PM

WINDA IDOL Vokalis Baru Ratu
Senin, 11/06/2007

Maia Estianty memilih kontestan Indonesian Idol I,Winda Visa Ria menggantikan Mulan Kwok sebagai vokalis utama.

BUKTINYA, beberapa waktu lalu, istri Ahmad Dhani ini mengundang pemeran Saschya dalam sinetron komedi (sitkom) OB ini untuk tur ke luar kota mengisi posisi vokalis di duo Ratu. Bukan hanya itu, rencananya dalam waktu dekat ini mereka berdua juga sudah mulai melakukan rangkaian tur. Sayang,Winda masih belum dapat memastikan waktunya.

”Bulan ini saya memang diajak Mbak Maia tur ke luar kota untuk nyanyi bareng, tapi belum tahu kapan. Pastinya, bulan ini,” ungkap Winda. Meski senang,Winda masih belum berani banyak bicara. Pasalnya, semua itu tengah diatur manajemen Indonesian Idol. Sebagai pekerja, dia hanya berusaha berbuat profesional. Jika tidak menjadi vokalis Ratu pun Winda merasa bangga bisa menyanyi bersama musisi besar.

”Saya senang diajak duet dengan Mbak Maia, tapi mungkin pertamanya cukup membebani saya karena menurut saya Mbak Maia is the queen. Apalagi, belum tentu saya bisa sehebat Mbak Mulan,” ujar Winda dengan senyum khas ala Saschya. Perempuan kelahiran Bandung, 3 Desember 1983 ini mengaku sebenarnya sudah bertemu dengan Maia beberapa waktu lalu. Hanya, belum banyak membicarakan masalah keterlibatannya secara penuh di Ratu.Namun, Winda tidak ingin berharap banyak untuk masalah yang satu itu. Pemikirannya, saat ini dia berusaha menjalani karier sebaik mungkin. ”Setelah bertemu Mbak Maia, ternyata dia orangnya enak.

Jika ditanya siap tidak bergabung, ya siap.Tapi, saya belum terpikir sama sekali dan tidak ada rencana bergabung dengan Ratu. Saya masih ingin solo karier,” tuturnya. Beberapa waktu lalu, Maia sempat mengharapkan sosok pengganti Pinkan atau Mulan yang bisa menyanyi dengan karakter vokal yang khas.Jika syarat itu terpenuhi, ibu tiga anak ini tak segansegan meminangnya. ”Siapa saja yang bisa nyanyi, perempuan cantik, dan memiliki suara bagus, ayo daftar ke aku,” ujar Maia, meyakinkan. gonta-ganti vokalis, diakui Maia cukup menyita waktu dan menaikkan popularitas seseorang.

Namun,semua itu bisa menjadi pelajaran,ketika mencari bakat baru yang harus mengangkat namanya lagi. Seperti saat Mulan menggantikan Pinkan. Dengan mencari vokalis baru, berarti Maia harus susah payah membesarkan nama Ratu kembali. Positifnya, Maia menganggap itu sebagai nasib yang sudah menjadi bagian hidupnya. ”Mungkin nasib aku jadi produser yang mengangkat artis baru lagi,” ucap Maia, santai.

Namun, dengan mencoba mengundang Winda dalam tur ke luar kota, Maia seolah tidak ingin mencari penyanyi dengan bakat baru atau berusaha mengangkat popularitas bagi sang vokalis. Jika keduanya cocok, bukan tidak mungkin Winda menjadi bagian dari Ratu. Senangnya, perempuan kelahiran Surabaya, 27 Januari 1977 ini sudah mempersiapkan album teranyarnya. Dengan melihat karakter vokal Winda, diharapkan mereka berjodoh. ”Aku memang mulai mencari dan memang sudah ada yang daftar. Mudahmudahan tahun ini juga sudah ada album baru,”harap Maia.(tedy achmad)

jf_pratama Publish time 11-6-2007 05:31 PM

WINDA IDOL Vokalis Baru Ratu
Senin, 11/06/2007

Maia Estianty memilih kontestan Indonesian Idol I,Winda Visa Ria menggantikan Mulan Kwok sebagai vokalis utama.

BUKTINYA, beberapa waktu lalu, istri Ahmad Dhani ini mengundang pemeran Saschya dalam sinetron komedi (sitkom) OB ini untuk tur ke luar kota mengisi posisi vokalis di duo Ratu. Bukan hanya itu, rencananya dalam waktu dekat ini mereka berdua juga sudah mulai melakukan rangkaian tur. Sayang,Winda masih belum dapat memastikan waktunya.

”Bulan ini saya memang diajak Mbak Maia tur ke luar kota untuk nyanyi bareng, tapi belum tahu kapan. Pastinya, bulan ini,” ungkap Winda. Meski senang,Winda masih belum berani banyak bicara. Pasalnya, semua itu tengah diatur manajemen Indonesian Idol. Sebagai pekerja, dia hanya berusaha berbuat profesional. Jika tidak menjadi vokalis Ratu pun Winda merasa bangga bisa menyanyi bersama musisi besar.

”Saya senang diajak duet dengan Mbak Maia, tapi mungkin pertamanya cukup membebani saya karena menurut saya Mbak Maia is the queen. Apalagi, belum tentu saya bisa sehebat Mbak Mulan,” ujar Winda dengan senyum khas ala Saschya. Perempuan kelahiran Bandung, 3 Desember 1983 ini mengaku sebenarnya sudah bertemu dengan Maia beberapa waktu lalu. Hanya, belum banyak membicarakan masalah keterlibatannya secara penuh di Ratu.Namun, Winda tidak ingin berharap banyak untuk masalah yang satu itu. Pemikirannya, saat ini dia berusaha menjalani karier sebaik mungkin. ”Setelah bertemu Mbak Maia, ternyata dia orangnya enak.

Jika ditanya siap tidak bergabung, ya siap.Tapi, saya belum terpikir sama sekali dan tidak ada rencana bergabung dengan Ratu. Saya masih ingin solo karier,” tuturnya. Beberapa waktu lalu, Maia sempat mengharapkan sosok pengganti Pinkan atau Mulan yang bisa menyanyi dengan karakter vokal yang khas.Jika syarat itu terpenuhi, ibu tiga anak ini tak segansegan meminangnya. ”Siapa saja yang bisa nyanyi, perempuan cantik, dan memiliki suara bagus, ayo daftar ke aku,” ujar Maia, meyakinkan. gonta-ganti vokalis, diakui Maia cukup menyita waktu dan menaikkan popularitas seseorang.

Namun,semua itu bisa menjadi pelajaran,ketika mencari bakat baru yang harus mengangkat namanya lagi. Seperti saat Mulan menggantikan Pinkan. Dengan mencari vokalis baru, berarti Maia harus susah payah membesarkan nama Ratu kembali. Positifnya, Maia menganggap itu sebagai nasib yang sudah menjadi bagian hidupnya. ”Mungkin nasib aku jadi produser yang mengangkat artis baru lagi,” ucap Maia, santai.

Namun, dengan mencoba mengundang Winda dalam tur ke luar kota, Maia seolah tidak ingin mencari penyanyi dengan bakat baru atau berusaha mengangkat popularitas bagi sang vokalis. Jika keduanya cocok, bukan tidak mungkin Winda menjadi bagian dari Ratu. Senangnya, perempuan kelahiran Surabaya, 27 Januari 1977 ini sudah mempersiapkan album teranyarnya. Dengan melihat karakter vokal Winda, diharapkan mereka berjodoh. ”Aku memang mulai mencari dan memang sudah ada yang daftar. Mudahmudahan tahun ini juga sudah ada album baru,”harap Maia.

jf_pratama Publish time 12-6-2007 10:44 PM

Ari Lasso Pertahankan Orisinalitas di Album ’’The Best’’
Selasa, 12 Juni 2007

ARI Lasso (34), adalah potret penyanyi yang sangat produktif dalam berkarya. Sejak merilis album solo pertama Sendiri Dulu pada 2001, hingga kini, penyanyi bernama lengkap Ari Bernardus Lasso itu menghasilkan empat album. Saat ini, bapak tiga anak tersebut menyiapkan proyek album baru.

’’Sekarang saya mempersiapkan album kelima. Baru empat hari ini masuk studio untuk merekam lagu. Rekaman ini saya lakukan di sela-sela jadwal manggung,’’ katanya ditemui usai pemakaman ayahanda Piyu kemarin.

Dalam albumnya itu, Ari Lasso akan memuat lagu-lagu hit miliknya. ’’Ini jadi album the best saya. Isinya lagu-lagu yang diambil dari empat album saya ditambah tiga lagu baru,’’ katanya.

Untuk lagu lama, bapak tiga anak itu akan mempertahankan versi orisinal. ’’Tidak ada perubahan aransemen. Musik lagu-lagu lama akan tetap dipertahankan seperti aslinya,’’ ujarnya.

Mantan vokalis band Dewa 19 itu berharap, album the best-nya bisa diluncurkan ke pasaran Oktober mendatang. ’’Semoga album itu bisa keluar Oktober, sesudah Lebaran,’’ ucapnya. (nar/jpnn)

jf_pratama Publish time 15-6-2007 07:21 PM

12 Band Rock Bersaing Menjadi Nomor Satu

SP/Ruht Semiono

Aksi panggung grup band Melodi Makes dalam audisi kompetisi musik rock di Jakarta, beberapa waktu lalu. Sistem penjurian kompetisi musik rock ini melibatkan musisi rock terbaik dan poling SMS pemirsa televisi.

Konsistensi Log Zhelebour di dunia musik rock memang pantas diacungi jempol. Sejak 1984 ia terus mencari bibit-bibit baru di dunia ini lewat kompetisi musik rock. Hasilnya adalah nama-nama kondang seperti Elpamas, Power Metal, Boomerang atau Jamrud.

Tahun ini, kompetisi itu bernama Gudang Garam Rock Competition (GGRC), sesuai nama perusahaan yang mensponsorinya.

Untuk festival ini, Log menggelarnya di 15 kota di Indonesia. Dari Tangerang, Palembang, Padang, Bandung, Medan, Pontianak, Denpasar, Malang, Banjarmasin, hingga Manado. Dari 15 kota tadi, tersaring 12 kelompok yang akan bertarung di babak final di Jakarta, Minggu (17/6) esok.

"Dari tiap kota, kami mengambil dua atau tiga band untuk berlaga di semifinal. Jadi, jumlahnya ada tiga puluh tiga band di babak semifinal yang digelar pada 19 Mei di Cimahi Jawa Barat. Dari situ, kami memilih 12 besar yang melaju ke babak final. Mereka juga akan mendapatkan kesempatan rekaman dalam album kompilasi. Kami berharap, festival ini bisa memberi spirit agar musisi rock tidak kalah dengan musisi pop," ujar Log kepada wartawan di Jakarta, Kamis (14/6).

12 band tersebut dipilih berdasarkan kualitas, bukan pemerataan daerah. Jadi, ada beberapa kota yang tidak terwakili hingga ke babak final. Mereka dipilih oleh juri-juri yang memiliki kredibilitas terpercaya, yakni para musisi rock dengan jam terbang tinggi. Di antaranya adalah Achmad Albar, Roy Boomerang, Arthur Kaunang, Piyu dan Yoyo Padi, Aziz Jamrud, dan lain lain. " Kehadiran para musisi sebagai juri akan membantu dalam memilih grup rock dengan potensi musik tinggi," lanjut Log.

Terdapat beberapa kriteria yang dimiliki Log untuk mendapatkan sang pemenang. Pertama, kekompakan sebagai sebuah grup, bukan sebagai individu. Kedua, harmonisasi yang mencakup kreatifitas dan aransemen. Ketiga penampilan di atas panggung, apakah mereka tampil menarik dan membawa energi sendiri dalam pertunjukan. Yang keempat adalah kostum, meski hanya sebagai pemanis, namun cukup esensial sebagai faktor tambahan.

Diharapkan Log, kompetisi yang digagasnya ini bisa menjadi wadah untuk musisi rock daerah agar bisa berkarir di industri musik nasional, sekaligus menggairahkan industri musik rock yang tengah lesu.

" Rock itu dari dulu memang jenis musik yang spesifik dan tidak mudah ditangani produknya. Untuk menjualnya sangat sulit. Namun, saya masih punya obsesi di dunia ini. Saya ingin menjadi motivator atau pemicu kembalinya kejayaan musik rock di tahun 2000. Saat itu, musisi rock sukses menjual album hingga jutaan kopi," paparnya.

Kesulitan itu kian diperparah dengan alerginya media televisi dan radio dengan jenis musik cadas. Terutama pada musik rock yang mengeksplor sound musik rock, hingga menghasilkan musik yang, menurut istilah Log, keriting.

Repotnya, banyak musisi rock yang masih menjadikan musisi rock generasi baheula sebagai panutan.

"Yang seperti itu bikin miskin, enggak jadi duit. Makanya, mereka selalu saya doktrin untuk tidak bermain musik yang "keriting" seperti jaman dahulu. Mereka harus sadar industri supaya bisa laku. Di kompetisi ini, saya lihat, peserta asal luar Pulau Jawa sudah mulai sadar dan membuat lagu yang enak didengar. Namun justru peserta dari Pulau Jawa yang masih suka 'keriting'," katanya.

Log menunjuk warna musik Jamrud atau Boomerang sebagai contoh yang sadar industri. Beragam, enak didengar dan laku di pasaran. Untuk mengatasi kendala promosi yang terbatas, Log pun harus pandai-pandai memutar otak, mencari alternatif lain agar kelompok binaannya laris. Caranya dengan menggelar promo tour live dari daerah ke daerah, sekaligus menjual kasetnya di tempat.

Hasilnya, cukup menggembirakan. Ternyata di daerah, peminat musik rock masih membludak. Buktinya, GGRC diikuti total 1001 band dari 15 kota. Tiap daerah rata-rata terdapat sekitar 75 grup yang mendaftar. Untuk di Jakarta saja, terdapat 110 grup yang mendaftar. Sementara babak semifinal di Cimahi 19 Mei lalu dihadiri sekitar 50 ribu pecinta musik rock.

Lewat ajang ini, diharapkan akan muncul bibit-bibit musik rock yang bisa menjadi idola baru di blantika musik rock Indonesia. Kompetisi dianggap penting karena, untuk mendapatkan kelompok musik rock yang bagus, tak bisa hanya berdasarkan demo tape saja.

"Rock itu kan musik pertunjukan. Lewat penampilan di atas panggung, saya jadi bisa tahu, bagaimana kapasitas mereka, apakah punya mental bersaing atau tidak. Rock itu lebih menonjolkan skill ketimbang jenis musik biasa," jelas pemilik Logiss Record yang khusus memproduksi album-album rock.

Acara final GGRC akan ditayangkan secara live pada Minggu di Indosiar. Sehingga, mereka yang tidak sempat menyaksikan langsung di Gelora Bung Karno Senayan Jakarta, bisa tetap menikmatinya lewat layar kaca.

jf_pratama Publish time 16-6-2007 12:11 PM

MUSIK ETNIK INDONESIA

Jakarta, Kompas - Upaya untuk menggali kembali khazanah musik etnis seharusnya tidak sekadar menjadi pelarian karena gagal menghadapi serbuan industri musik Barat modern. Ia harus dilakukan sebagai proses sadar untuk mencari warna musik yang lebih dinamis dan beragam.

Direktur Seni dan Budaya Lembaga Musik Indonesia Yasudah, di Jakarta, Kamis (14/6), mengungkapkan bahwa arus global membuat musik pop yang didukung industri musik modern terlalu dominan. Kondisi ini seolah-olah menampakkan hanya ada satu pilihan musik, sedangkan jenis musik lain di luar pop kurang berkembang.

Gejala inilah yang memunculkan semacam resistensi dari sejumlah kalangan pemusik. "Musik etnik kemudian mulai dilirik, tapi masih banyak yang hanya jadi tempelan," kata Yasudah.

Dalam konteks inilah pilihan untuk mengembangkan musik etnis, serta mengembangkan keragaman bermusik sebagai bagian dari penghayatan bermusik menjadi. "Bangsa kita memiliki keragaman itu, namun sekarang banyak yang hilang karena dihegemoni musik populis," kata Yasudah.

Festival

Untuk menggali khazanah musik etnis tersebut, sejumlah seniman musik akan menggelar Solo International Ethnic Music (SIEM) Festival & Conference pada pertengahan September 2007. "Dengan SIEM kami ingin menggali potensi musik etnis sesuai habitatnya. Selain bisa menghasilkan musik yang merdu dan menghibur, juga bisa menjadi sarana komunikasi mempererat relasi antarwarga, suku, golongan, serta bangsa," kata Yasudah.

Ketua Umum SIEM, Bambang Sutejo, mengatakan bahwa festival ini akan menghadirkan pemusik dari dalam dan luar negeri. Dari dalam negeri akan tampil serunai kaleh dan rapa’i dari Aceh, musik etnik kontemporer dari Padang Panjang, perkusi dol dari Bengkulu, gambang kromong dari Jakarta, kuntulan dari Banyuwangi, musik patrol dari Madura, dan beberapa daerah lainnya.

Adapun dari luar negeri akan hadir pemusik etnis dari Perancis, Jerman, Belanda, Rusia, Irlandia, Yunani, Mesir, Saudi Arabia, Afro, India, Thailand, China, Jepang, Maori, dan Aborigin. Beberapa pakar musik dunia juga akan dihadirkan, misalnya Dieter Mack (Jerman), Jack Body (New Zeeland), juga pemusik Indonesia seperti Slamet Abdul Sjukur, Suka Hardjana, dan Rahayu Supanggah. (AIK/IAM)

jf_pratama Publish time 17-6-2007 11:03 AM

DEWI GITA AKAN MELUNCURKAN ALBUM BARU

Tujuh tahun absen dari dunia industri musik, penyanyi Dewi Gita (36) akhirnya "turun gunung". Dalam waktu dekat, Dewi akan segera meluncurkan album baru. "Album utuh, terakhir bikin sudah tujuh tahun lalu," kata istri vokalis GIGI, Armand Maulana, ini.

Namun, peluncuran album yang direkam secara indie ini berbeda dengan album-album sebelumnya. Dewi sengaja melepas satu single dulu, yakni lagu lawas karya Cecep AS yang pernah dinyanyikan Rafika Duri, Tirai. "Aku mau pakai cara seperti di luar negeri. Ngeluarin single dulu, baru tiga bulan kemudian launch album utuhnya," tutur penyanyi bernama asli Dewi Yuliarti ini.

Saat ini single Tirai tersebut sudah diputar di radio-radio, dan format digitalnya, yakni nada sambung pribadi atau MP3, dijual bebas di portal musik www.importmusik.com. "Di album ini aku coba-coba nge-jazz. Teman-teman Armand banyak membantu, seperti Dewa Budjana, Indra Lesmana, dan Hendy dari GIGI," papar penyanyi kelahiran Bandung, 28 Juli 1970, ini.

Mengapa baru sekarang kembali buat album? Salah satu faktor, anaknya semata wayang mereka, Naja Dewi Maulana, sudah hampir berumur 6 tahun sehingga tak terlalu menyita waktu Dewi lagi. "Lagian, baru dapat momennya sekarang," kata- nya. (DHF)

jf_pratama Publish time 17-6-2007 11:48 AM

Tiga Bahasa Dalam Album Kritik Sosial

Buat pecinta musik cadas Surabaya, pasti nggak asing dengan nama Devadata. Setelah sembilan tahun eksis di dunia musik, gaung band kini bakal lebih terdengar lewat perilisan album Emotional Breakdown.

"Titel itu kami pilih untuk mengekspresikan tema sosial yang diangkat dalam album," ujar Dandu, sang drummer.

Di debut album ini, trio asal Surabaya ini mencoba menawarkan musik hardcore old school dengan campuran unsur trash metal yang easy listening. "Kami ingin mengubah persepsi bahwa hardcore adalah musik yang identik dengan distorsi gitar yang memekakkan telinga," lanjutnya.

Album ini berisi 12 lagu yang merupakan perpaduan antara lagu lama dan baru. Menurut Dandu, materi album sebenarnya sudah disiapkan sejak 2003. Namun, karena kesibukan masing-masing personel, album ini baru rampung tahun ini.

Yang menarik, Devadata berani mengeksplorasi penggunaan tiga bahasa sekaligus dalam album ini. "Bahasa Indonesia untuk Duka Indonesia, dan bahasa Jepang untuk Harakiri. Sisanya menggunakan bahasa Inggris," jelasnya.

Dominan bahasa asing memang tidak asal dimasukkan oleh grup yang berkiblat pada Sepultura ini. "Kami punya keinginan go international. Beberapa waktu lalu, kami sempat mengirim demo ke sebuah label di Perancis dan mendapat tanggapan positif. Saat ini, kami sedang menunggu konfirmasi lebih lanjut," aku Dandu.

Dari sekian track dalam Emotional Breakdown, mungkin Harakiri adalah lagu yang paling banyak menguras effort. "Meski stok lama, tapi banyak perubahan di sini, terutama lirik. Banyak kata-kata yang punya prounoncation khusus dalam bahasa Jepang," kata adik sang vokalis, Bodhas, ini.

Dalam Duka Indonesia, Devadata mencoba me-mix musik hardcore dan rap. Untuk itu, mereka menggandeng Roni (mantan rapper Cross over) untuk memberi feat rap. Isi lagunya menceritakan tentang kasus bom Bali yang jadi keprihatinan universal di seluruh dunia. (myr)

jf_pratama Publish time 17-6-2007 11:50 AM

PETERPAN: Gagal di Track Rancak


Di album Hari Yang Cerah, band asal Bandung ini nampak membuat beberapa perubahan. Hal ini tentu tidak lepas dari hengkangnya dua personel mereka, Andika dan Indra. Sayang, perubahan ini tidak terlalu berhasil untuk track-track rancak. Bebas yang seharusnya jadi track nge-rock akhirnya malah terkesan setengah-setengah. Distorsi yang mereka mainkan nampak kurang pas dengan baitnya yang bernada khas Peterpan, datar.

Hal yang sama terjadi dengan Cobalah Mengerti. Bedanya,di track ini mereka sedikit lebih "berusaha" dengan reffrain bernada tinggi. Best track album ini sendiri adalah Menghapus Jejakmu. Selain itu, yang cukup menarik disimak hanya Kota Mati, Melawan Dunia dan Dibalik Awan. Selebihnya? Standar.

Untuk ukuran band sekelas Peterpan, kualitas musik mereka dalam album ini tidak banyak meningkat. Teknik vokal Ariel juga tetap begitu-begitu saja. Jika disuruh memilih, penulis lebih merekomendasikan sophomore mereka, Bintang di Surga atau Alexandria, soundtrack film berjudul sama. Namun buat Sahabat Peterpan, album ini tetap wajib dibeli sebagai pelengkap koleksi. (rum)


Artis : Peterpan
Judul : Hari Yang Cerah
Format : CD & Kaset
Label : Musica

jf_pratama Publish time 17-6-2007 11:54 AM

SAMSONS: Pop Rock Berkarakter

Samsons tetap menunjukkan power musiknya dalam album ini. Bams dkk tetap menghadirkan musik bertenaga dengan mengandalkan gitar dan vokal Bams yang berkarakter. Unsur orkestra juga cukup menambah kesa beda dan sedikit wah.

Hentakan sudah terasa sejak single pembuka, Seandainya. Beberapa lagu berwarna pop rock lainnya adalah Hey Gadis, lagu berbahasa Inggris For You, dan Aku. Satu kelebihan mereka dalam album pertama juga masih terbawa di album ini.

Band ini mampu maksimal saat membawakan lagu tempo tinggi. Di lain sisi, mereka juga mampu menghayati tanpa terkesan mendayu saat menyanyikan track mellow. Ini dapat terdengar dalam Kisah Tak Sempurna, Penatian Hidup dan Luluh. Sebuah rilisan yang berkualitas. Sayang, terlalu banyak brosur dan tampilan sponsor yang mengganggu estetika kemasan Album. (kkn)


Artis : SamsonS
Album : Penantian Hidup
Format : CD & Kaset
Label : Universial Music

jf_pratama Publish time 17-6-2007 12:09 PM

Dwiki Dharmawan Ingin Berkolaborasi dengan Musisi China

Beijing (ANTARA News) - Musisi asal Bandung Dwiki Dharmawan ternyata menyimpan obsesi ingin "mengawinkan" musik tradisional Indonesia dan China.

"Saya juga ingin sekali berkolaborasi dengan musisi China dan memainkan musik tradisional kedua negara," kata Dwiki di Beijing, Sabtu.

Pada pertunjukan "Indonesia-China Intertwined" di Beijing, 15 Juni lalu, Dwiki memang telah berkolaborasi dengan musisi China, tapi dari kelompok musisi modern, yakni grup band terkemuka China, "Twelve Girls Band".

Dwiki masih menyimpan obsesi ingin berkolaborasi musik dengan "Beijing Philharmonic" dan "China Traditional Orchestra" untuk bersama-sama memadukan alat musik tradisional kedua negara.

"Saya berharap kolaborasi tersebut sudah bisa dilakukan awal tahun depan," katanya.

Dwiki mengatakan, kolaborasi itu sangat penting untuk menjalin kemitraan kedua bangsa, bahkan jika memungkinkan ia ingin membuat album bersama.

Ia juga berharap kolaborasi akan dipertunjukan secara bergantian di Indonesia dan China, sehingga masyarakat di dua negara bisa saling mengenal lebih dekat budaya masing-masing.(*)

jf_pratama Publish time 17-6-2007 12:27 PM

Level 42 holds Bandung jazz lovers spellbound
Matdon, Contributor, Bandung

Bandung's jazz fans were highly satisfied on Wednesday night with the performance delivered Level 42. Through their show at the Hyatt Regency Bandung, the legendary British music group mesmerized and warmed all jazz lovers, young and old alike.

The band, which had performed earlier in Medan, North Sumatra, is on the Indonesia leg of their international tour, Jazz Level 42 World Tour.

The June 13 show kicked off at 7:30 p.m. with one of the band's major hits, Dive Into the Sun, sung by Mark King to the accompaniment of Phil Gould on drums, Boon Gould on guitar and Mike Lindup on keyboards.

The opening song was followed by other longtime favorites such as Sleeptalking, Rooted, Hot Water and World Machine, rousing the Bandung audience to give the group an enthusiastic ovation.

The night's atmosphere became very lively, especially when Level 42 sang Love Game, the 1981 release that catapulted the band to the elite ranks of music groups in Britain.

Love Game was followed by Leaving Me Now and Starchild. Another song that sent the audience swaying was Running in the Family.

The crowd was awash with exhilaration as the band members demonstrated their skills at playing their instruments.

Although the entrance tickets were relatively expensive at Rp 350,000 for VVIP seats, Rp 250,000 for VIP and Rp 150,000 for first class, Bandung's jazz aficionados crowded the concert venue.

It appeared what was more important was to be able to enjoy a live, classy gig and satiate their longing to hear the group -- even if only for the 90-minute duration of the show.

"This is really a world-class concert," said Nurcholis, a jazz fan who attended the concert.

As for Level 42, lead singer King remarked after the show: "I think the audience and the jazz lovers in Bandung are people that appreciate the value of arts."

He added that after their performances in Medan and Bandung, they would go directly to Surabaya to perform there.

"We are excited with the musicians in Indonesia, particularly with the local musicians with whom we had a jam session," King said.

Level 42 was established in 1980, and over the next 14 years, they released at least 17 albums and had 29 hit songs to their credit.

Lessons in Love is easily considered their greatest song, which became a top hit in 17 countries in 1986. Other "oldies but goodies" that might be familiar among their Indonesian fans are Something About You and Running in the Family.

While they released their first single Love Meeting Love and their debut album in 1981, it was not until 1984 that Level 42 earned a place on Britain's charts, with The Sun Goes Down (Living It Up). In 1985, Lessons in Love became a top hit in Britain, while Something About You entered the Top Ten in the United States.

In Bandung, Level 42 presented a mature concert that really satisfied the audience, and their tour through three major cities here is certain to enrich the local music scene -- and local fans' concert-going experience.

jf_pratama Publish time 18-6-2007 05:43 PM

NIKMATI MUSIK TANPA ANARKIS

Senin, 18/06/2007

Sejumlah grup band terkemuka dari berbagai genre, seperti Coklat, Naif, Soul Id, Maliq N D’Essential, Stereomantic, The Adams, Sore menggelar konser musik di Plaza Timur Senayan, Jakarta, Sabtu (16/6).

JAKARTA (SINDO) –Mereka ingin buktikan lewat acara yang bertajuk Trax Youth Groovy Festival itu,semua orang bisa menikmati musik tanpa anarkis. Meski konser tersebut mengusung berbagai aliran musik,para penggemar fanatik masingmasing band tetap tertib. Ada penggemar musik rock,R ‘n B,rap, Maliq Music, pop alternatif, dan retro.

Uniknya,para pengunjung yang didominasi kaum muda ABG itu tetap mengenakan pakaian ’’kebangsaan” bandnya masingmasing. Misalnya, penggemar Soul ID (Soldier) yang mengenakan pakaian ala rapper dan R ’n B.Atau fans Naif yang cukup dikenal dengan pakaian-pakaian retronya. Sementara itu,Bintang Coklat (fans Coklat) ada yang mengenakan kostum ala rocker.

Semuanya berbaur menjadi satu tanpa ada yang saling mengejek. ’’Gila, acaranya keren banget. Penonton-penonton di sini bisa tertib.Meskipun mereka menyaksikan band-band yang berbeda aliran,mereka benar-benar menghargai musik. Sebenarnya, kita bisa kok menikmati musik tanpa harus rusuh,”jelas personel Soul ID, Gilang.

Soul ID yang membawakan beberapa nomor dari album barunya mendapat sambutan hangat dari para penonton. Saat itu, mereka menyanyikan lagu milik almarhum Farid Hardja, Ini Rindu, dengan aransemen R ‘n B dan rap. Tak lupa, lagu baru Lho Kok, Branuday, dan Idola pun mereka tampilkan. Hal serupa juga diakui salah satu vokalis Maliq N D’Essential, Angga.

Dia menyatakan, salut dengan sikap penonton.Angga Cs pun menghibur pengunjung dengan membawakan beberapa tembang hitnya, yakni The One, Blow My Mind, Kangen, dan Terdiam. ’’Penontonnya asyik banget, tertib. Dengan begitu, pesan musik yang ingin disampaikan bisa mengena kepada mereka. Saya lihat anak-anak mudanya asyik, mereka menghargai musik dari berbagai aliran tanpa harus rusuh,”ujar Angga.

Sementara itu, vokalis Naif, David,menyatakan bahwa musik itu untuk dinikmati, jadi seharusnya tidak ada kerusuhan. ’’Saya pikir itu enggak perlu terjadi kerusuhan atau keributan, kita nikmati saja musik ini,”ujarnya.

Baik Soul ID,Naif,dan Maliq N D’Essential,merekasudahpernah mengalami konser yang rusuh. Biasanya,cara yang mereka lakukan saat itu adalah menghentikan konsernya untuk sementara dan menenangkan massa.

Kalau tidak berhasil, mereka akan pergi meninggalkan lokasi. Terlepas dari itu semua, konser musik yang digelar oleh Trax FM dan Trax Magazine ini tetap aman. Selain menggelar konser musik dari band-band kenamaan, acara ini juga diramaikan sejumlah aktivitas lain, yakni aksi dari para skater,DJ, breakdance, graffiti artist, magician,dan karikaturis.

jf_pratama Publish time 18-6-2007 06:25 PM

ASTRID: Ajak Penicipta Lagu Baru

Senin, 18 Juni 2007,

SURABAYA - Astrid, 25, belakangan dikenali atas hits-nya yang bernuansa poligami, Jadikan Aku yang Kedua. Sayangnya, penjualan album yang berisi lagu tersebut belum sesuai harapan.

Lagu bernada ceria itu terangkum dalam album repackage yang dirilis tahun lalu. Album tersebut merupakan kumpulan lagu album pertama yang berjudul Astrid plus beberapa lagu baru.

Alumnus Sekolah Tinggi Teknologi Surabaya (STTS) itu mengatakan, penjualan album repackage-nya masih jauh dari harapan. "Mungkin baru terjual sekitar 30 ribu sekian gitu," ujarnya ketika ditemui di Colors Pub Surabaya, Sabtu dini hari lalu (16/6).

Tapi, itu tak membuat perempuan bernama lengkap Astrid Sartiasari tersebut berhenti berkarya. Pengagum berat Bjork ini menyatakan tetap akan meluncurkan album ketiganya baru meski belum pasti tanggalnya. "Sekarang masih dalam tahap pengumpulan materi lagu," terang gadis bertubuh mungil tersebut. "Rencananya sih, ya standar aja. Ada 10 lagu di album baru saya nanti," lanjut penyanyi asal Surabaya itu.

Pada album itu, Astrid menginginkan sesuatu yang lain. Dia berharap pencipta lagu-lagu dalam albumnya didominasi wajah baru. Astrid ingin menapaktilasi sukses Jadikan Aku yang Kedua yang diciptakan M. Novi Umar asal Samarinda, salah seorang pemenang Cilapop 2006. "Saya maunya lebih banyak pencipta lagu baru dalam album saya. Saya ingin lagu-lagu saya lebih fresh dan variatif," tutur gadis berambut lurus tersebut.

Jika penyanyi lain mulai mencoba membikin lagu sendiri, semisal Sherina, Astrid tampaknya belum percaya diri dengan lagu yang dia hasilkan. "Saya memang masih dalam taraf belajar bikin lagu. Sudah pernah coba sih, tapi hasilnya kurang memuaskan," urainya.

Di sela aktivitas mengumpulkan materi untuk album baru dan tampil dari panggung ke panggung, Astrid terpilih menjadi ikon Indonesia. Dia akan berangkat ke Kuala Lumpur untuk beradu suara dengan ikon Malaysia pada 27-29 Juni mendatang. (nar)

buiscasey Publish time 19-6-2007 11:51 PM

banyaknyer artikel ko paste.. ni nak promote indon ke nih??? :stp:

jf_pratama Publish time 20-6-2007 04:08 PM

TANGGA Garap Soundtrack Tiga Bahasa
Rabu, 20/06/2007

Setelah sukses pada dua album sebelumnya, grup vokal Tangga kembali mencoba peruntungannya dengan menggarap album soundtrack bertajuk ”Lost In Love”. Dalam album tersebut, mereka akan menyajikan lagu berbahasa Prancis, Inggris,dan Indonesia.

JAKARTA(SINDO) –”Kami senang banget diminta untuk menggarap sebuah album soundtrack. Ini menjadi pengalaman pertama kami yang cukup membanggakan,” tutur Kamga, seorang personel Tangga.

Lebih lanjut Kamga menyadari penggarapan album soundtrack sangat berbeda dengan album biasa.Mereka harus terikat dengan naskah dalam film Lost In Love yang berlatar tempat di Paris, Prancis. Karena itulah, Tangga merasa harus membuat lagu berbahasa Prancis.

”Kami tidak bisa keluar dari naskah yang sudah ada, jadi tidak bisa seenaknya bereksplorasi. Lagu-lagu yang kami buat harus benar-benar mendukung dan mewakili isi cerita dalam film tersebut. Hal inilah yang membuat kami harus membuat satu lagu dengan bahasa Prancis supaya bisa memperkuat suasana di sana,” sebut Kamga.

Kendati demikian, Kamga tidak terlalu khawatir untuk menggarap lirik dan musik tentang cinta yang terdapat dalam album tersebut. Karena menurut dia, untuk urusan cinta dan patah hati, dia dan teman-temannya sudah punya pengalaman.

Memang untuk menggarap lirik berbahasa Indonesia, mereka mengaku tidak terlalu mengalami kendala. Namun,untuk menggarap lagu berbahasa Prancis,mereka harus rela melibatkan pihak luar untuk menggarap liriknya.

jf_pratama Publish time 20-6-2007 04:32 PM

"LOST IN LOVE": Tersesat di Kota Paris
Rabu, 20/06/2007

Setelah sukses dengan peluncuran film dan novel Eiffel I’m In Love, penulis Rachmania Arunita akan menggarap sebuah film sekuel bertajuk Lost In Love. Sebelumnya, film tersebut sudah dibuat dalam bentuk E-Book dengan judul yang sama.

JAKARTA(SINDO) - Film Lost In Love ini bercerita tentang kisah petualangan seorang perempuan yang tersesat di Paris,Prancis. Perempuan itu hendak mencari jalan pulang agar bisa menemukan kembali cintanya.

“Film ini tidak sekedar mengangkat cinta yang begitu-begitu saja. Memang ini lanjutan dari film sebelum Eiffel I’m In Love,tetapi nuansa dan latar belakang ceritanya agak sedikit beda,”jelas penulis skenario sekaligus eksekutif produser Rachmania Arunita.

Sebelumnya, film Eiffel I’m In Love diperankan oleh Samuel Rizal dan Shady Aulia. Namun dalam film Lost In Love, Rachmania mengaku tidak akan memakai mereka lagi. Dia telah melakukan open casting di lima kota besar untuk mencari pemain baru yang akan memerankan tokoh Tita dan Adit. Alhasil, dari sekitar 1000 pendaftar, terpilih Pevita E. Pearce dan Richard Kevin sebagai pemeran utamanya.

“Saya cari pemain yang lebih fresh, muda dan mewakili cerita dalam film ini. Selain bisa akting, yang paling penting mereka sudah membaca dan mendalami isi novel dan film sebelumnya. Supaya, mereka bisa meresapi peranan yang akan mereka mainkan,”jelas Nia.

Kisah film Los In Love berawal dari kekecewaan Tita (Pevita) pada semua orang yang menganggapnya sebagai anak kecil dan manja. Dia pun dikhianati oleh Adit (Richard) dengan sikapnya yang tidak berubah, tetap dingin, dan ketus. Tita semakin kesal karena Adit pun memiliki penilaian yang sama seperti kebanyakan orang.

Suatu ketika,Tita memutuskan pertunangan dan hubungan dengan Adit. Dia merasa sudah saatnya hidup mandiri tanpa ada seorang pun yang menjaga atau melarangnya berbuat apapun. Tita ingin membuktikan kalau dirinya sanggup hidup sendiri tanpa orang lain.

Hingga akhirnya dia memberanikan diri melakukan petualangan di Kota Paris seorang diri.Tetapi, belum apa-apa, Tita malah tersesat di tengah-tengah kota yang dia tidak kenal.Namun, tak disangka-sangka dia bertemu dengan Alex, mahasiswa asal Thailand yang kuliah di Paris.

Dapatkah Tita mempercayai Alex untuk memandu petualangannya selama di Paris? Akankah Tita kembali menemukan jalan pulang dan kembali mendapatkan cintanya ? Semua itu terangkum dalam film Lost In Love yang akan rilis awal tahun 2008. Kendati demikian, Nia belum mau berbicara detil tentang film ini. Nama sutradaranya pun belum mau dia sebutkan, tetapi yang pasti sutradaranya lebih dari satu orang.

Sedangkan untuk Soundtrack-nya, Nia mempercayakan grup vokal Tangga untuk menggarap albumnya. Sementara untuk lokasi syuting sebagian besar akan dilakukan di Paris, Prancis.

“Kami akan melakukan proses syuting selama kurang lebih satu bulan. Dan tiga minggu pertama akan dilakukan di Paris. Jadi sekitar tak kurang dari 50%, setting Paris akan ada dalam film ini. Syuting akan dimulai awal Agustus mendatang,”jelas Nia.

jf_pratama Publish time 21-6-2007 06:54 PM

Ada Band Luncurkan Album Baru Bulan Depan
21/06/07 11:26

Medan (ANTARA News) - Ada Band berencana meluncurkan album baru mereka yang bertajuk "Cinema Story" pada awal Juli 2007.

Sebanyak 12 lagu terdiri atas enam lagu baru dan enam lagu lama akan mengisi album baru itu dan semuanya telah kita rilis, ujar Dika, pemain bass group band asal ibukota itu di Medan, Kamis.

Dalam albumnya ini Ada Band mengandalkan tiga lagu barunya, masing-masing berjudul "Akal Sehat", "Lari Dari Kenyatan" dan "Nyawa Hidupku".

Sebagian besar lagu-lagu dalam album "Cinema Story" bertemakan cinta dan merupakan soundtrack film.

Yang membedakan album ini dengan delapan album sebelumnya adalah sebagian lagu dalam album ini merupakan soundtrack film, kata Doni, vokalis Ada Band. (*)

jf_pratama Publish time 21-6-2007 06:56 PM

"Indonesia Piano Festival 2007" Tampilkan 28 Pianis Muda

Jakarta (ANTARA News) - Sebanyak 28 pianis muda berbakat dari lima kota besar di Indonesia akan tampil menunjukkan kebolehannya pada "Indonesia Piano Festival (IPF) 2007" yang akan digelar mulai 22 Juni - 6 Juli 2007.

Ketua Panitia IPF 2007 Harry Purnama mengatakan bahwa ke-28 pianis muda tersebut berasal dari kota Medan, Jakarta, Bandung, Surabaya dan Denpasar.

"Mereka terpilih untuk mengikuti festival tersebut setelah lolos seleksi ketat melalui audisi rekaman yang dikirim dari berbagai daerah di Indonesia," kata Harry di Jakarta, Rabu.

Kegiatan di IPF sendiri meliputi konser dan kemah musik. Konser-konser festival akan bertempat di auditorium Erasmus Huis, Usmar Ismail Concert Hall serta auditorium Wisma Kinasih Resort, Cimanggis, Bogor, sementara program kemah musik yang berupa pelatihan dan seminar permainan piano akan berlangsung di Wisma Kinasih Resort.

Empat pianis terkemuka Indonesia yakni Iswargia R.Sudarno, Johannes S.Nugroho, Adelaide S.Simanjuntak, dan Mario Santoso akan ikut serta dalam kemah musik untuk membimbing para pianis muda berbakat tersebut.

Dalam program kemah musik ini, panitia penyelenggara juga akan mendatangkan tiga seniman pengajar internasional, yang akan berpartisipasi dalam mengajar dan membagikan pengalamannya sebagai musisi dan guru.

Ketiga seniman profesional tersebut yakni Thomas Hect, pianis asal Amerika Serikat yang telah banyak menggelar pertunjukan dan memenangkan berbagai kompetisi piano internasional, Prof. Snezana Panovska dari Macedonia, yang berpengalaman sebagai juri di berbagai kompetisi piano bergengsi internasional, serta Miwako Fukushi, asal Jepang, yang telah menerbitkan buku teknik dan pengajaran musik piano.

Selain itu, pemain biola terkenal dari AS, maestro Tomislav Dimov juga diundang memberikan master class musik kamar, demikian pula Ketua Majelis Pendidikan Kejuruan Nasional (MKPN) -- yang juga disainer terkenal -- Harry Darsono, juga akan memberikan materi mengenai bagaimana tampil dipanggung dan etika menghadapi audien.

Puncak acara festival tersebut yakni Gala Konser yang akan diadakan di Usmar Ismail Hall, Jakarta, dengan mempertunjukkan kebolehan permainan 10 pianis muda terbaik hasil seleksi program kemah musik.

IPF 2007 merupakan yang kedua kalinya setelah tahun lalu sukses digelar di Jakarta dan Karawaci, Tangerang, dengan menampilkan sebanyak 41 pianis muda berbakat Indonesia.(*)

jf_pratama Publish time 22-6-2007 09:43 AM

Musik Industri, Indie, dan Budaya Urban
Selama 12 Jam ”Nonstop” di Enam Kota

Theodore KS

Juli dan Agustus 2007 adalah bulan tontonan musik 12 jam nonstop. Lebih dari seratus penyanyi dan grup musik, peralatan musik serta lighting berkekuatan ratusan ribu watt akan menyuguhkan tontonan plus hiburan musik di sekitar tempat pertunjukan yang berlangsung dari pukul 11.00 hingga 23.00 di enam kota selama delapan hari.

Tontonan itu akan dipentaskan A Mild Live Soundrenaline, yang tahun ini memasuki penyelenggaraan keenam. Sementara Urbanfest diselenggarakan PT Pembangunan Jaya Ancol, Institut Kesenian Jakarta, Prambors, dan harian Kompas untuk yang pertama kali di Ancol.

Masih ada perhelatan musik di panggung Jakarta Fair yang juga diisi puluhan penyanyi dan grup musik selama sebulan dari pertengahan Juni sampai Juli 2007, tapi setiap harinya sekitar 5 jam.

Menurut Sardono W Kusumo, salah seorang konseptor pergelaran Urbanfest 2007, tidak ada pengertian kompetisi dalam Urbanfest 2007. Sebaliknya, kegairahan untuk berekspresi berbagai komunitas atau individu dari seluruh Tanah Air, dengan harapan akan terjadi interaksi, interelasi, serta ciri-ciri dari masyarakat urban yang akan hadir.

Rangkaian pergelaran budaya urban berisi materi pokok pergelaran semi tradisi, olahraga keluarga funbike, grafiti, dan harajuku-festive.

Urban di ajang ini bukan sekadar produk, bisa apa saja. Misalnya, unsur budaya tradisional yang memiliki konteks eksistensi urban.

Agenda pergelaran musik 12 jam Urbanfest 2007 adalah X-Over Indie Festive. Festival ini direncanakan berlangsung di empat panggung yang diharapkan paling tidak akan diisi 180 grup musik indie. Jumlah ini terbilang sedikit jika dibandingkan dengan LA Lights Indiefest 2007 yang diikuti lebih dari 1.000 grup musik indie.

Pergelaran musik 12 jam nonstop pertama kali diselenggarakan 34 tahun lalu, pertunjukan musik semalam suntuk Summer 28. Yang melakukannya Nyoo Han Siang dari perusahaan film Intercine Studio di Ragunan, Pasar Minggu, 16 Agustus 1973. Pergelaran itu dilakukan mulai pukul 17.00 hingga 04.00. Sebanyak 20 grup musik beraksi di atas panggung berukuran 15 meter x 10 meter x 3 meter. Tanda masuk dijual Rp 1.200. Hasilnya, menurut laporan majalah musik Aktuil No 128, ”Tidak (Belum) Ada Yang Baru di Dunia Musik Pop Indonesia”.

Sepuluh tahun kemudian, 26 November 1983, maestro biola Idris Sardi menyelenggarakan Pensi (Perjalanan Musik Indonesia) di stadion sepak bola Senayan. Acara ini diisi sekitar 17 grup dari berbagai jenis musik, seperti keroncong, melayu, dangdut, pop, rock, disko, termasuk musik tradisional.

Niat Idris memberi gambaran sejarah musik Indonesia dari masa revolusi fisik hingga masa Orde Baru (1940-1983). Pensi ini disponsori Yayasan Harapan Kita pimpinan nyonya Tien Soeharto.

Pensi berlangsung mulai pukul 19.00 hingga 04.00 dini hari. Dari 40.000 penonton yang hadir, hanya 25 persen yang membeli karcis seharga Rp 1.000. Chrisye serta Rhoma Irama dengan OM Sonetanya ikut hadir di sini.

Walaupun ada sponsor, Summer 28 (stock shoot untuk film sutradara Wim Umboh produksi Intercine Studio), dan Pensi merugi.

”Sound of Change”

Perubahan pun terjadi begitu industri rokok ”turun tangan”. Paling tidak ketika Djarum Super menyandang dana Festival Rock Djarum Super yang diselenggarakan Log Zhelebour tahun 1984.

Pelaku dan insan musik Indonesia mengakui bahwa Djarum Super Rock Festival menentukan eksistensi industri panggung dan rekaman musik rock di negeri ini. Penyelenggara Log Zhelebour memperoleh laba dan penonton tidak rugi. Karcis yang mereka beli di pintu masuk ditukar dengan sebungkus rokok sponsor.

Sinergi industri rokok dan industri musik menguntungkan kedua pihak. Ruang promosi rokok yang kian sempit, terbuka lebar di panggung musik. Sementara promosi album baru penyanyi dan grup musik yang bias dan boros biaya karena banyak stasiun televisi, dibiayai industri rokok dalam bentuk rangkaian pertunjukan ke sejumlah kota. Bukan hanya promosi menjadi nol rupiah, bahkan pelaku industri musik mendapat pemasukan berlipat ganda.

Setelah Djarum Super, Gudang Garam tidak mau ketinggalan, demikian juga Bentoel, Noroyono, dan yang lainnya. Kemudian yang perlu dicatat adalah sepak terjang Sampoerna, produsen rokok A Mild, penyelenggara musik 12 jam nonstop A Mild Live Soundrenaline selama lima tahun berturut-turut, 2002 hingga 2006.

Ajang musik 12 jam nonstop ini akan berlangsung untuk keenam kalinya tahun ini di lima kota: Padang (15/7), Palembang (22/7), Bandung 29/7), Surabaya (5/8) dan Bali (12/8), memboyong tidak kurang dari 75 penyanyi dan grup musik.

Adakah sesuatu yang baru, setelah menyaksikan selama ini grup dan penyanyi yang tampil nyaris hadir dengan lagu, gaya, dan atraksi yang itu-itu juga setiap tahun?

”Tahun yang keenam ini bertema ’Sound of Change’. Sebagai bangsa kita harus berubah, menjadi yang lebih baik tentunya. Tahun 2005 reborn republic, maksudnya kita telah berhasil menjadi republik yang baru, dengan pemilu yang sukses yang presidennya dipilih langsung oleh rakyat,” ujar Amelia Nasution, Brand Manager A Mild.

Pada tahun berikutnya, 2006, ”Rock United”. Tema ini, menurut Amelia, digunakan mengingat pada waktu itu silang pendapat di antara kita semakin tajam. Berbeda adalah hak setiap orang, namun alangkah baiknya dalam perbedaan itu kita bersatu, misalnya dalam musik. Dalam hal ini musik rock, mengingat penyanyi dan grup yang tampil mayoritas dari jenis musik itu.

”Sekarang kita perlu perubahan. Kami mulai dari diri kami sendiri. Perubahan dimulai dari tata panggung dan penyelenggaraan. Kemudian kami minta penyanyi dan grup musik yang akan tampil melakukan sesuatu untuk menandai ada usaha mereka menjadi lebih baik. Dalam aransemen musik ataupun gimmick, aksi di luar musik seperti kostum, penambahan alat musik (tradisional, misalnya), kolaborasi dengan pemusik atau jenis musik lain, dan sebagainya,” tambah Amelia.

Untuk merangsang peserta, panitia memercayakan member of change, yaitu lima orang juri dari media cetak dan elektronik, untuk memilih satu pemenang yang akan dikirim ke Paris menyaksikan pertunjukan The Police.

A Mild Live Soundrenaline menjual karcis Rp 20.000, kecuali di Bali Rp 25.000. Dari empat panggung yang disediakan, dua panggung untuk penyanyi dan grup yang sudah berprestasi di industri, yang lainnya untuk grup musik indie.

Sementara unsur kompetisi hanya bersifat semi di Urbanfest 2007. Itu pun berlaku hanya di X-Over Indie Festive, hanya sekadar memberi penghargaan ke pada yang terbaik. Tanda masuk Urbanfest 2007 adalah juga tanda masuk Ancol, Rp 10.000.

Alhasil A Mild Live Soundrenaline 2007 (lima kota, lima hari) dan Urbanfest 2007 (satu kota, tiga hari) bisa dikatakan mencatat rekor pertunjukan musik nonstop 12 jam dalam kurun waktu 43 hari (15 Juli-26 Agustus).
Pages: 1 2 3 4 5 6 7 8 [9] 10 11 12 13 14 15 16 17 18
View full version: KUMPULAN BERITA MUSIK INDONESIA PALING ANYAR


ADVERTISEMENT