CARI Infonet

 Forgot password?
 Register

ADVERTISEMENT

Author: cutestars

END | COMPLETE - TIANG KEMBAR | DIA BUKAN NENEKKU - based on true story by Simpleman (Update: #3, #4, #9, #11, #24, #26, #30, #33, #35, #36, #40, #44, #45, #49, #54, #57, #58, #59)

  [Copy link]
 Author| Post time 10-3-2023 02:15 PM | Show all posts
"Iku si mbah, pak, buk" - maksudnya itu si mbah, ayah, ibu.
Reply

Use magic Report


ADVERTISEMENT


Post time 10-3-2023 03:50 PM | Show all posts
more please......
Reply

Use magic Report

Post time 13-3-2023 01:29 PM | Show all posts
Salammm..go tt...sy sentiasa followwww
Reply

Use magic Report

 Author| Post time 14-3-2023 09:57 AM | Show all posts
Selepas jalan jurang, rupanya mereka masih harus masuk lagi ke jalanan samping kiri kanan hutan sampai akhirnya Mas Iwan menyuruh berhenti di sebuah jalanan yang di babat (jalan yang telah dibuat; jalan setapak). Bus pun berhenti, Mas Iwan dan Pak Sugeng mengangkat Mbah Wira menuntunnya untuk ikut.


“Bus tidak bisa masuk, tapi pesantrennya sudah dekat dari sini, tinggal masuk ke jalan itu,” kata Mas Iwan, pak sopir (pemandu) yang masih kebingungan memilih untuk ikut masuk, ia masih terbayang bagaimana ia melihat dedemit (makhluk halus) yang selama ini dia lewati.


Wajah Mbah Wira mulai berubah, awalnya dimana ia terlihat pongah (bongkak), sombong, kini meraung meminta dilepaskan, dan mengancam akan mencelakai. Mbah Wira semakin menjauh bila ia tetap di paksa ikut.


Pak Imron sedari tadi khawatir dengan ancaman itu namun Mas Iwan justru menantang.


“Mbok pikir aku iki gak reti ta nek awakmu mek nggertak tok? (kamu pikir saya tidak mengerti kamu hanya menggertak?),”


Suara meraung semakin terdengar. Di ikuti para santri (murid sekolah pondok), Dela berjalan tepat di belakang Pak Sugeng. Bu Ida dan Pak Imron ada di belakangnya.


Suasana pesantren (sekolah pondok) itu rupanya tidak seperti yang ia bayangkan. Di kiri kanan, ia bisa melihat pohon dimana-mana. Selain itu, perasaannya semakin tidak enak sampai Dela, yang awalnya baik-baik saja, semakin lama semakin berat dan ia tidak ingat apa yang terjadi selanjutnya.


Yang ia ingat, rupanya, Dela pernah melihat wajah Jin yang merasuki Mbah Wira. Sekarang ia tahu, hubungan apa yang terjadi sehingga keluarganya terseret masuk dalam lubang masalah ini.


Bu Ida lah penyebab utamanya.


Reply

Use magic Report

 Author| Post time 14-3-2023 10:05 AM | Show all posts
Dela terbangun begitu saja. Di depannya, Bu Ida dan Pak Imron melihat cemas. Mas Iwan hanya menatap Dela sementara Pak Sugeng melihat dari ambang pintu, namun Dela tertuju pada pria, mbah-mbah (atuk-atuk) yang sudah tua sekali. Ia duduk dengan tongkat kayu jati di tangannya. Ia tersenyum menyapa.


“Nak Dela sudah sadar?” Suaranya lembut dan begitu membuat segan. Ia tahu Namanya, mungkin kedua orang tuanya yang memberitahu, pikirnya. Namun rupanya mbah ini memang sudah tau semuanya.


“Kalau nak Dela sudah merasa baik, mbah tunggu di depan di padepokan (ruang luas) dekat masjid.” Semuanya di bantu Mas Iwan, mbah asing itu meninggalkan kamar.


Bu Ida mendekati Dela namun Dela langsung mengatakannya, “Buk, ibuk ngambil apa di tempat itu? Tempat kita meginap waktu di gunung K***D,” tanya Dela.


Bu Ida tampak terkejut namun ia tidak menjawab pertanyaan Dela.


Pak Sugeng tiba-tiba masuk. “Apa Dela sudah baikan? Mbah Fatonah memanggil kalian.”


Pak Imron, Bu Ida dan Dela segera pergi. Dela masih memandang ibunya. Tatapannya menyelidik (mengamati).


Di padepokan (ruang luas) terlihat seperti tempat mengaji kitab kuning. Lantainya terbuat dari kayu jati yang di sepuh (tua), sehingga halus. Disana, Mbah Fatonah, Mas Iwan sudah menunggu. Di depannya ada kopi hitam dan sebutir telur.


Pak Imron seperti sudah tau apa yang akan di lakukan Mbah Fatonah.


“Langsung saja nggih (ya). Begini...,” kata Mbah Tonah, “saya harus ngasih tau (beritahu) dulu. Bila Mbah Wira, mbah kalian saat ini, disembunyikan di tempat yang sangat jauh, tidak bisa pulang, tidak bisa di tuntun pulang. Jadi sebelumnya saya harus menyampaikan ini. Mohon maaf bila saya tidak dapat membantu banyak. Tapi, saya akan coba sebisa mungkin dan semoga Allah memberikan kemudahan,” jelas Mbah Tonah Panjang lebar.


Tangis pecah. Dela dan Bu Ida berpelukan sementara Pak Imron hanya menutup matanya dengan tangan. Padepokan mendadak hening. Hening sekali.


“Sebelumnya, saya hanya mau memastikan dulu” ucap Mbah Tonah menatap Pak Imron, Bu Ida dan Dela bergantian.“Sebelum kejadian ini menimpa kalian adakah di antara kalian yang bermimpi bertemu dengan wanita yang cantik?”


Dela langsung mengatakan “Nggih mbah (ya nek), itu saya,” jawab Dela.


“Nak Dela tau siapa wanita ini?”


Dela menggelengkan kepala, “nak Dela” kata Mbah Tonah, “coba mendekat”.


Ketika Dela mendekat, Mbah Tonah membaca ayat serta memijat (memicit) tengkuk Dela dan betapa terkejutnya, mendadak perutnya mual dan Dela memuntahkan sesuatu.
***********************


Reply

Use magic Report

Post time 17-3-2023 07:51 AM | Show all posts
cutestars replied at 14-3-2023 10:05 AM
Dela terbangun begitu saja. Di depannya, Bu Ida dan Pak Imron melihat cemas. Mas Iwan hanya menatap  ...

cerita yang sangat menarik. terima kasih tt sudi berkongsi cerita dan translate untuk kami semua
Reply

Use magic Report

Follow Us
Post time 18-3-2023 01:30 PM From the mobile phone | Show all posts
follow, best cerita dari TT. nanti sambung ya tt
Reply

Use magic Report

Post time 18-3-2023 05:15 PM From the mobile phone | Show all posts
Dahsyat ye saka dorang
Mcm lgi ganas dri saka sini je
Reply

Use magic Report


ADVERTISEMENT


 Author| Post time 20-3-2023 12:09 PM | Show all posts
“Astaghfirullah,” ucap semua orang yang melihat. Di lantai ada seperti ikan lele (ikan keli) namun bukan lele (keli). Besarnya seukuran ibu jari dan panjangnya sepanjang telapak tangan.


“Nopo niku, mbah? (apa itu, mbah?),” ucap Mas Iwan yang sama kagetnya (terkejut).


“Sudah ku duga, sebenarnya yang di-incar (diganggu) sejak awal itu Dela,” jawab Mbah Tonah. Kemudian Mbah Tonah menatap Bu Ida. “Bu Ida, bisa cerita, apa yang di ambil dari sebuah kamar di penginapan ********A?? Mungkin Bu Ida bisa mulai bercerita”.


Bu Ida menatap Mbah Tonah ragu, namun kemudian beliau mengatakan, “sebuah kalung, mbah,” jawab Bu Ida menahan malu.


“Kalungnya milik ibu?”


“Mboten (tidak), mbah.” Bu Ida terdiam lama, “saya mengambil di salah satu kamar,dan entah kenapa saya ingin membawanya pulang.”


Mbah Tonah lalu beralih ke Pak Imron dan Dela. Beliau mengatakan, “sudah-sudah, jangan ada yang marah. Sudah terjadi, tidak ada yang bisa mengulangi waktu. Yang sekarang saya ingin tau, dimana kalung itu?”


“Itu masalahnya, mbah,” kata Bu Ida, “saya menaruh (meletakkan) kalung itu di dalam tas (beg), tapi sesampainya di rumah, kalung itu hilang. Sampai sekarang saya tidak tau ada dimana,” jelas Bu Ida.


Mbah Tonah mengangguk. “Tidak perlu di cari karena kalung itu sudah di buang oleh Mbah Wira.”


“Begini,” Mbah Tonah menjelaskan, “sebelum saya mulai saya jelaskan dulu titik permasalahannya kenapa bisa menjadi seperti ini, kalung itu sudah berpindah-pindah tangan dari satu keluarga ke keluarga lain. Tujuannya cuma satu, membawa bala bencana bagi mereka yang menyimpannya.”


“Mbah Wira tau akan hal itu. karena entah kalian sadar atau tidak, Mbah Wira bukan sembarang orang. Beliau adalah getih anget (darah hangat*). Yang menjadi tiang kembar (tiang kembar; kembar jin) dan yang jadi masalahnya adalah, Jin Rhib yang memasukinya kebetulan adalah jodohnya**. Itu yang membuat semua ini sulit,” jelas Mbah Tonah panjang lebar.
*Orang Jawa percaya siapa ada getih anget, makhluk halus sangat suka dengan orang macam ni. Macam Widya dalam KKN Desa Penari.
**Jodoh – tiang kembar atau kembar Jin si Mbah Wira ini kebetulan berjodoh/sepadan dengan Jib Rhib dari kalung yang dibawa balik oleh Bu Ida. Lagi-lagi, Mbah Wira ni darah panas/getih anget.


“Mbah Wira bisa saja menolak ini, bisa melawan jin itu, karena getih anget tidak dapat dengan mudah dirasuki. Namun, jin itu makhluk yang menipulatif. Dia akan terus membuat kalian menderita. Dia akan membawa kesengsaraan, bagaimana itu bisa terjadi? Karena panjenengan bu (kerana anda, Bu Ida), sudah membawa benda yang seharusnya tidak boleh anda bawa. Benda yang bukan milik anda, sekalipun itu adalah batu permata, di larang bagi seorang muslim untuk mengambilnya karena tidak ada yang tau selain Allah yang Maha Tau. Mbah Wira menerima jin ini, asalkan kalian tidak dilibatkan dalam penyakit atau musibah yang sedang siap ia tumpahkan pada keluarga ini. Sekarang, saya harus cari tahu dulu, dimana Mbah Wra disembunyikan. Karena alam mereka berbeda dengan alam kita. Semoga Allah membantu kita dan semoga berakhir dengan baik,” tambah Mbah Tonah lagi.


Bu Ida tampak (nampak) terpukul, tidak ada kalimat yang bisa keluar lagi dari bibirnya. Semua orang hanya merunduk (menunduk). Tidak pernah terbayangkan bila rupanya Mbah Wira yang menanggung akibat dari semua ini.
*****************************


Reply

Use magic Report

 Author| Post time 20-3-2023 12:10 PM | Show all posts
xtahumenahu replied at 13-3-2023 01:29 PM
Salammm..go tt...sy sentiasa followwww

haii...jom follow..nak habis dah ni
Reply

Use magic Report

 Author| Post time 20-3-2023 12:11 PM | Show all posts
lagendahidup replied at 17-3-2023 07:51 AM
cerita yang sangat menarik. terima kasih tt sudi berkongsi cerita dan translate untuk kami semua

sama-sama
Reply

Use magic Report

 Author| Post time 20-3-2023 12:11 PM | Show all posts
Siputjelly replied at 18-3-2023 01:30 PM
follow, best cerita dari TT. nanti sambung ya tt

hehe dah sambunggg
Reply

Use magic Report

 Author| Post time 20-3-2023 12:12 PM | Show all posts
evlinne replied at 18-3-2023 05:15 PM
Dahsyat ye saka dorang
Mcm lgi ganas dri saka sini je

orang indo mmg kalau yang ada ingon (peliharaan; saka) mmg bukan beshe2. kalah kita ksksksks. setakat kebal apa semua tu biasa kalau pergi kampung2. org jakarta ni kalau takat amik pelaris untuk restoran tu ada. tapi kalau sampai tuntut ilmu ada saka tu semua dah jarang ada dkt jakarta.
Reply

Use magic Report

 Author| Post time 20-3-2023 12:23 PM | Show all posts
Malam itu juga, Mbah Tonah mengantar Pak Imron sekeluarga ke tempat dimana Mbah Wira berada. Rupanya, tempatnya sangat jauh, bahkan butuh (memerlukan) waktu 20 menit untuk sampai di sebuah gubuk (pondok) kecil. Di luar gubuk (pondok), banyak santri (murid sekolah pondok) tengah mengaji. Cahaya disana hanya bergantung pada obor.


Ketika pintu akan di buka, Mbah Tonah mengatakan untuk menyiapkan mental karena apa yang akan mereka lihat semata-mata bukan untuk menyiksa atau membuat Mbah Wira tersiks. Ini hanya cara yang di lakukan untuk membersihkan jin dan bangsa lelembut (bangsa halus) yang sudah terlanjur masuk karena di undang. Sekarang, tinggal jin Rhib itu sendiri yang ada di dalam tubuh Mbah Wira.


Pintu di buka dan Mbah Tonah mempersilahkan (mempersilakan) Pak Imron sekeluarga masuk. Ngeri bercampur takut. Apa yang di saksikan di luar batas nalar (akal). Tangan dan kaki Mbah Wira dipasung. Wajahnya di temui banyak luka borok (bernanah).


Tidak hanya itu, bau busuk yang menyengat membuat siapapun yang menciumnya tidak akan bisa tahan. Mual itu yang di rasakan Dela, samping kiri kanan banyak darah dimana-mana, “enten nopo niki, mbah? (ada apa ini mbah?)” tanya Pak Imron terkejut bercampur hiba melihat ibunya dalam kondisi sebegitu.


“Sabar, mas. Ini ulah jin Rhib, dia sudah tersudut (kalah),” kata Mas Iwan menenangkan.


Dela yang pertama mendekati. Dirinya tidak tau lagi harus berkomentar apa. Meski semua ini terdengar tidak masuk diakal, namun jauh disana dia masih melihat bayangan si mbah. Mungkin beliau sangat tersiksa sampai Dela melihatnya dengan jelas mata Mbah Wira sepenuhnya hitam legam. Tidak ada putih di matanya. Ia meraung setelah melihat Dela, memohon agar ia di lepaskan dari belenggu ini, namun Dela tau itu bukan Mbah Wira.


Mbah Tonah duduk di sebuah kursi tua. Bbeliau merangkul tongkatnya menghadap Mbah Wira dengan tenang sebelum tertidur.


Semua tampak kaget (nampak terkejut), kenapa Mbah Tonah tiba-tiba tertidur. Mas Iwan dan Pak Sugeng menahan Bu Ida dan Pak Imron. Beliau hanya mengatakan, “disini saja, pak, bu. Biar di urus sama Mbah Tonah.”


Tiba-tiba seperti petir di siang bolong (siang hari), Mbah Tonah terbangun, berbicara dengan bahasa Arab. Suaranya melengking seperti wanita.


Dela yang menyaksikan itu kaget (terkejut). Setengah merinding, ucapan Mbah Tonah tertuju pada sosok di hadapannya. Rrupanya, Mbah Wira bisa menjawab ucapan bahasa Arab itu. Mereka sama mengobrol (berbual) namun dari nada suaranya sangat sengit.


Mas Iwan menjelaskan Mbah Tonah sudah memaksa jin itu memberitahu dimana Mbah Wira di sembunyikan, namun jin ini jauh lebih dari keras kepala karena memang sejak awal, jin ini sudah cocok dengan Mbah Wira. Namanya juga tiang kembarnya.


Rupanya, Jin itu tetap tidak mau memberi tahu.


Dan Mbah Tonah tertidur Kembali. Begitu beliau bangun, Mbah Tonah berujar pada Pak Imron, “saya ingin berbicara dengan anda, dan hanya anda saja. Mari ikut saya.”


Lama, Dela tidak meihat Pak Imron dan Mbah Tonah. Sekitar di jam 2 dinihari (jam 2 pagi), mereka kembali, namun wajah muram terlihat dari ekspresi garis muka Pak Imron.
***********************


Reply

Use magic Report

Post time 22-3-2023 12:25 PM | Show all posts
tak sabar tunggu sambungan
Reply

Use magic Report

Post time 22-3-2023 02:12 PM From the mobile phone | Show all posts
seramnyaaa, best2. menunggu sambungan cerita
Reply

Use magic Report


ADVERTISEMENT


 Author| Post time 23-3-2023 10:15 AM | Show all posts
“Del,bapak mau ngomong (nak cakap),” kata Pak Imron. “Dela sayang mbah, kan?”


Dela mengangguk, wajahnya terlihat bingung. “Begini,” kata Pak Imron, “hari ini, akan di adakan sholat mayit (solat jenazah) untuk Mbah Wira.”


Kaget (terkejut)? Tentu saja. Dela terdiam.


“Shalat ghaib (solat jenazah), pak?” kata Dela, “Jadi, mbah sudah gak (tak) ada.”


“Begini,” kata Pak Imron mencoba memeluk Dela. “Ada harapan dengan sholat ghaib (solat jenazah), kita sudah mengikhlaskan si mbah, dan jika kita sudah ikhlas, jin ini, akan ikut lenyap. Tapi rupanya, ini bisa memberi jalan ke si mbah untuk pulang. Masalahnya, Dela harus siap menerima konsekuensi apapun, mungkin si mbah bisa pulang, tapi akal sehatnya ikut lenyap. Namun hanya itu cara satu-satunya, bukankah setiap manusia pasti akan mati?” jelas Pak Imron.


Malam itu, persiapan sholat ghaib (solat jenazah) di laksanakan saat itu juga.


Bagai di terpa badai angin, rupanya. Jin Rhib itu sudah tau. Dia berteriak dan alam menentangnya dengan angin yang berhembus kencang. Para santri (murid) begitu terkejut, namun Mbah Tonah tetap tenang sembari (sambal) meminta semua santrinya (muridnya) mendekat termasuk Dela yang baru saja berwudhu.


Sholat (solat) di lakukan dengan khidmat, dipimpin Mbah Tonah dan Jin itu menjerit sejadi-jadinya. Konon, Dela bercerita ia seperti melihat tubuh Mbah Wira tertekuk (meliuk) dengan suara tulang di patahkan. Begitu ngeri namun Dela harus ikhlas. Dengan ini, semoga ada jalan bagi Mbah Wira.


Setelah sholat ghaib (solat jenazah ghaib), Mbah Wira memuntahkan-muntahan hitam. Hitam sekali dan sangat menyengat. Dia tidak berhenti memuntahkan itu sembari (sedang) mencoba lepas dari pasak kayu. Tulang lehernya seperti baru saja patah sehingga kepalanya tidak dapat terangkat. Ini merupakan kengerian yang pertama kali membuat Dela sampai tidak bisa melihatnya.


Setelah subuh datang, Mbah Wira sudah jatuh. Entah pingsan atau apa, beliau menggelepar di atas tanah. Santri (murid) perempuan membuka pasak, membawanya kembali ke pondok pesantren (sekolah pondok) sementara yang lain kembali untuk menunaikan shalat (solat) subuh.
********************


Reply

Use magic Report

 Author| Post time 23-3-2023 10:23 AM | Show all posts
Adzhan dzuhur (azan zuhur) berkumandang. Pak Imron mengetuk kamar Dela selama tinggal di pondok pesantren (sekolah pondok). Beliau memeluk Dela kemudian menghantarkanya ke sebuah kamar.

Bu Ida juga ikut menyambutnya. Matanya hitam tampak lelah dan di hantui rasa penyesalan. Dela mencoba menghibur dengan memeluknya. Insya Allah, semua sudah ikhlas.

Mas Iwan dan Pak Sugeng sudah menunggu di luar kamar. Di dalam kamar, Dela melihat Mbah Tonah. Setelah mencium tangan beliau, Dela tertuju pada seseorang yang tengah duduk memandang jendela.

Mbah Wira duduk. Matanya kosong memandang keluar.

“Mbah,” kata Dela, namun tidak dijawab.

Tidak berhenti, Dela terus memanggil nama si mbah. Namun, sebanyak apapun dia memanggilnya, Mbah Wira seperti tidak mendengar siapapun.

Disana Mbah Tonah menjelaskan. “Saat ini, mungkin Mbah Wira sudah kosong, seperti yang saya bilang, kemungkinan dia tidak akan ingat siapapun, tidak ingat apapun, tidak bisa melakukan apapun, makan harus di suapi, mandi harus di mandikan, seperti orang mati namun, raganya tetap hidup. Dan tidak akan ada lelembut (mahkluk halus) yang tertarik sama jiwa yang sudah kosong.”

“Pernah melihat kenapa orang gila tidak pernah di rasuki? Karena di mata mereka, orang gila tidak punya akal pikiran. Bau mereka teramat sengak (menyengat) sehingga bangsa alus (makhluk halus) menjauhinya. Mohon maaf, hanya ini yang bisa saya lakukan untuk membantu dan Pak Imron sudah setuju. Insya Allah, tidak akan ada yang menganggu keluarga kalian kembali. Jin itu tidak akan kembali, dan tidak akan berani karena tiang kembarnya sudah runtuh satu.”

Siang itu, keluarga Pak Imron dan semua yang ada disana kembali pulang setelah berpamitan dengan semua orang di pondok pesantren (sekolah pondok).

Mbah Wira dituntun (dipimpin) oleh Pak Imron ketika berjalan dan beliau menurut saja tapi tatapannya masih kosong.

Sangat kosong. Raga tanpa jiwa. Penggambaran itulah yang Dela saksikan.

Reply

Use magic Report

 Author| Post time 23-3-2023 10:32 AM | Show all posts
2 bulan setelah peristiwa itu, Dela bermimpi lagi. Mbah Wira kembali menemuinya dan tersenyum.

Begitu ia terbangun dari tidurnya, Dela menemui si mbah yang lebih banyak beraktifitas di dalam kamar. Hanya melamun dan melamun. Namun, pagi itu berbeda. Si Mbah Wira bisa melihat Dela, membelai wajahnya untuk terakhir kalinya.

Tidak ada yang tau umur manusia.

Setelah Dela pergi dari kamar itu, siapa sangka, Mbah Wira menghembuskan nafas terakhirnya.

Dela hanya bisa menatapnya sedih. Tentu saja. Namun ia sudah ikhlas, dan jawaban akan senyuman itu adalah jawaban si mbah yang mungkin sudah berterima kasih pada Dela.

Disini, apa ceritanya berakhir? Ya, cerita ini memang berakhir sampai disini.
***********
Gw gak (aku tak) tau harus nutup thread ini dengan kalimat apa, tapi, mungkin ada kalimat yang sedari tadi gw (aku) pikirin (fikirkan).

Memang, sebagai seorang manusia mengambil sesuatu yang bukan haknya merupakan hal yang tidak benar, dan gw (aku) berharap siapapun yang membaca ini untuk tidak melakukan hal terpuji semacam itu.

BTW, gw (aku) udah minta ijin (izin) sama narasumbernya (pemilik ceritanya), jadi gw (aku) sertain (sertakan) SS (screenshot) chat gw (aku) sama dia. Tapi, terlepas dari semua itu, gw (aku) juga seorang manusia biasa yang mungkin melakukan kesalahan dalam penulisan, tempat dan beberapa hal yang sengaja gw (aku) kaburkan, atas permintaan narasumber (pemilik cerita). Tentu saja. S, gw (aku) sertain (sertakan) penutup thread ini dengan foto beliau yang tentu saja sudah gw (aku) tutupin (tutupkan) wajahnya. Semoga ada hikmah yang bisa di petik dalam cerita gw (aku) kali ini. Well, gw (aku) gk (tidak) tau lagi kapan (bila) bisa balik nulis thread karena akhir-akhir ini gw (aku) sakit mulu (selalu). Wkwkwk (hahahaha). Santai, tapi gw (aku) bakal balik nanti kalau sudah baikan dan fit total.
Akhir kata, wassalam.

Chat hasil semalam.
[sorry dia dah delete gambar SS whatsapp tuh. TT tak save.]

Mohon maaf fotonya gw (aku) hapus, gw (aku) belum minta ijin. Intinya, cerita ini balik lagi ke kalian, ambil hikmahnya dan tetap percaya sama Tuhan. Pamit lagi (minta diri dulu).


Reply

Use magic Report

 Author| Post time 23-3-2023 10:33 AM | Show all posts
Hai, boleh jemput baca semua. Cerita dah habis. thank u for singgah ke rumah sayaaaa. sampai ketemu lagi yah
Reply

Use magic Report

You have to log in before you can reply Login | Register

Points Rules

 

ADVERTISEMENT



 

ADVERTISEMENT


 


ADVERTISEMENT
Follow Us

ADVERTISEMENT


Mobile|Archiver|Mobile*default|About Us|CARI Infonet

28-4-2024 06:24 PM GMT+8 , Processed in 0.075791 second(s), 43 queries .

Powered by Discuz! X3.4

Copyright © 2001-2021, Tencent Cloud.

Quick Reply To Top Return to the list